Adalah Aku si Kemarau itu.
Tiada lagi swara sebab rapah bibir
Semanis Maru,
Candrasa menembus galih sukmaku.
Tiada ufuk di balik sorot palung,
Sudah limpung dan bingung.
Tiada desir di dalam nipuna,
Habis dinikmati bawana.
Adalah Aku ombak yang
Ribuan tahun menari di balik Jenggala.
Adalah Aku mangata sedalam
Rindu sang Taksa.