Dua hari lalu, sempat kau jatuh dalam mimpiku.
Menitipkan Ilat Baya yang basah karena Air mata:
Kera bodoh di belakang rumahmu.
Sahutnya kini kau serupa Induk Tittari
Yang gemar bersandar pada harumnya Arta.
Semalam juga, Kau hampiri Aku
Ketika Pulas tidurku di bawah Cakar Elo.
Maumu apa?
Bukankan sudah cukup Rambutku?
Bukankan sudah cukup Mataku?
Bukankan sudah cukup:
Kemerahan yang Membiru?